Header Ads

Breaking News
recent

Perjalanan Spektakuler Kepala SMA 1 Kendal ke Jerman, Perancis, Belgia dan Belanda (1)

ALUN-ALUN NGAWI LEBIH SPEKTAKULER DARIPADA DI JERMAN Oleh: AGUS SUPRIYONO, M.Pd (Kepala SMAN 1 KENDAL, Pemenang Guru Prestasi Peringkat 2 Tingkat Nasional Tahun 2014)
Bagi saya, yang hanya seorang guru , perjalanan ke negara eropa seperti Jerman, Perancis, Belgia dan Belanda adalah suatu hal yang spektakuler. Selaian tempat itu terlalu jauh juga karena hanya 10 orang guru dari 3,8 juta guru di Indonesia yang mendapat undangan mengikuti Program Bench Marking itu. Dan yang membuat perjalanan itu semakin spektakuler adalah cara untuk mendapatkan undangan itu harus ditebus dengan cara-cara spektakuler pula. Kami, kesepuluh orang guru tersebut adalah para juara guru berprestasi tingkat nasional tahun 2013 dan beberapa tahun sebelumnya. Semoga perjalanan ‘spektakuler’ ini sedikit memberi sumbangan kespektakuleran Kabupaten Ngawi yang tahun ini mencanangkan tahun spektakuler. Agus Supriyono, berofo di Bandenburg Gate yang fenomenal, bekas pintu gerbang tembok Berlin Udara panas langsung menyambut kami di bandara Frankfrut Jerman. Suhu udara 38 derajat telah membuyarkan bayangan saya tentang eropa. Saat ini memang musim panas di eropa. Saat musim panas seperti ini siang hari jauh lebih panjang dari malam hari. Jam 4 pagi matahari telah terbit dan akan tenggelam pada jam 10 malam nanti. Jadi jangan heran kalau salat magrib dilaksanakan pada jam 10 dan isyak jam 1 malam. Musim panas yang datangnya hanya 3 bulan setahun ini dimanfaatkan sebaik-bainya oleh orang Jerman. Mereka semua keluar rumah untuk menikmati panasnya matahari yang mahal itu. Di tepian sungai Sain yang terkenal di Frankfrut mereka berjemur di kursi dan di tikar-tikar, mirip pemandangan di pantai Kuta Bali. Musim panas adalah musim berlibur bagi orang Frankfrut. mereka berbondong-bondong menunjungi tempat-tempat wisata. Salah satu tempat itu adalah Roman Square, sebuah alun-alun kecil yang dikelilingi bangunan-bangunan tua bergaya klasik peninggalan abad 17, terdapat pula sebuah gereja tertua yang bergaya gotik. Ditempat itulah para raja-raja Jerman kuno dulu dinobatkan sebagai raja. Demikian juga di Berlin, negara bagian ini juga mengandalkan tempat-tempat yang bernuansa sejarah sebagai tempat kunjungan wisata. Berlin sebagai ibu kota Jerman memang memiliki latar belakang sejarah yang dahsyat. Mulai jaman sebelum abad 19, zaman perang dunia kedua dengan tokoh fenomenalnya Hitler hingga zaman tembok berlin. Bekas-bekas tempat bersejarah itu dikemas dengan baik dan disajikan sebagai obyek wisata yang mampu membuat jutaan orang baik dari dalam maupun dari luar negeri untuk mengunjunginya. Ada Bandenburg Gate , Opera House, Soviet Memorial, Charlottenburg Palace, 17 June Avenue, Berlin Wall, Pargamon Archeological Museum, Kurfrustendam Squere dan US Charli Ceck Point. Lihat saja American Cherli Ceck Point, tempat ini hanyalah bekas pos pemeriksaan tentara Amerika saat mengalahkan Jerman dulu yang berada di tengah kota Berlin. Pos kecil berukuran 2 X 3 meter itu tetap dipertahankan, di depannya ada tumpukan sak-sak pasir yang ditata ala perang sebagai penahan gempuran mesiu. Di situ juga dipajang 4 orang yang berperan sebagai ’tentara Amerika’ lengkap dengan senjata masa lalunya. Maka, jadilah tempat itu sebagai destinasi yang menarik bagi wisatawan untuk berkunjung dan berfoto-foto ria dengan para tentara gadungan itu dengan latar belakang pos penjagaan. Teringatlah saya akan pos penjagaan yang ada di Beteng Pendem Ngawi, andai pos itu dibuat seperti itu bukan mustahil akan menjadi bagian yang menarik untuk menyedot wisatawan berkunjung ke bekas peninggalan Belanda itu. Tapi ada sedikit kendala, kita susah mencari bule-bule untuk dijadikan ‘tentara belanda’ yang sedang jaga di ‘Van Den Bosch Check point’ itu. Tiga hari di Jerman telah melahirkan kebanggaan saya akan kota kelahiran saya, Ngawi. Di Ngawi ada yang lebih spektakuler dibanding di Jerman yang luar biasa itu. Ternyata alun-alun Ngawi lebih spektakuler dibanding dengan squares (alun-alun) yang ada di Jerman. Di Jerman banyak terdapat square, di tempat-tempat yang saya sebut diatas hampir semua ada lapangannya, namun sekali lagi, alun-alun Ngawi lebih spektakuler. Sedikitnya ada 3 alasaan atas kesimpulan saya itu. Pertama, alun-alun Ngawi jauh lebih luas, kedua, penataan ruang alun-alun Ngawi lebih bagus, ada sarana olah raganya, tempat kulinernya dan tamannya yang semakin cantik, apalagi jika dipadukan dengan taman di depan pendopo yang eksotik itu, waduh alun-alun di Jerman bisa habis. Square di jerman hanya berupa hamparan rumput atau hamparan tatanan paving yang terbuat dari batu alam. Alasan ketiga, alun-alun di Jerman sepertinya tidak ada fasilitas hot spotnya, berbeda dengan Ngawi yang jelas-jelas menyediakan tempat sangat romantic untuk berselancar di dunia maya itu. Jadi tidak salah kalau Pak Kanang mencanangkan tahun spektakuler pada tahun ini, dan kespektakuleran itu telah dimulai dari jantungnya kota Ngawi, alun-alun. (Agus S.)

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.